Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat infeksi. Di Indonesia, TB masih menjadi salah satu penyebab utama kematian yang dapat dicegah.
Untuk menangani permasalahan ini, UPT Puskesmas Wonodadi yang membawahi 11 desa di wilayahnya, meluncurkan inovasi bernama Pesan Berdoa yang memanfaatkan tanaman obat keluarga (TOGA) dan akupresure dalam upaya meningkatkan stamina penderita TB.
Pada tahun 2019, tercatat 22 penderita TB di 11 desa yang dikelola oleh Puskesmas Wonodadi. Dari pengalaman tersebut, semua penderita melaporkan efek samping dari obat TB, seperti mual, muntah, lemas, dan penurunan nafsu makan. Efek samping ini berpotensi membuat penderita rawan untuk tidak melanjutkan pengobatan selama 6 bulan, yang sangat penting untuk kesembuhan mereka.
Drg. Ari Susanti, Kepala Puskesmas Wonodadi, menjelaskan bahwa salah satu solusi untuk mengurangi efek samping obat adalah dengan memanfaatkan TOGA dan akupresure. “Akupresure adalah metode perawatan kesehatan tradisional yang melibatkan penekanan pada titik-titik akupuntur dengan jari atau alat bantu berujung tumpul. Penelitian menunjukkan bahwa akupresure efektif dalam mengurangi mual, muntah, serta meredakan sakit punggung, kepala, dan perut,” ungkap drg. Ari Susanti.
Di samping itu, TOGA, yaitu sekumpulan tanaman obat yang memiliki khasiat sebagai obat, berperan penting dalam inovasi ini. Dengan kombinasi TOGA dan akupresure, diharapkan dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi keluhan yang dirasakan penderita TB.
Kecamatan Wonodadi telah lama dikenal sebagai pelopor dalam memanfaatkan tanaman obat tradisional. Pada tahun 2017, wilayah ini bahkan memenangkan Juara 1 dalam lomba asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresure tingkat nasional. Prestasi tersebut menegaskan komitmen Wonodadi dalam menggunakan pendekatan tradisional untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Inovasi Pesan Berdoa ini bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi penderita TB. Dengan menggunakan TOGA dan akupresure, diharapkan penderita dapat mengurangi keluhan efek samping obat dan menjalankan pengobatan secara konsisten selama 6 bulan. Selain itu, diharapkan penderita TB dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami keluhan yang mengganggu.
Drg. Ari Susanti menambahkan, “Melalui inovasi ini, kami berharap penderita TB tidak hanya terbantu dalam mengatasi efek samping obat, tetapi juga mampu menjalani pengobatan dengan lebih baik dan rutin. Ini adalah langkah maju dalam mengoptimalkan perawatan bagi penderita TB dan meningkatkan kualitas hidup mereka.”
Dengan adanya dukungan dan inovasi dari Puskesmas Wonodadi, diharapkan penderita TB dapat merasakan manfaat signifikan dari pendekatan ini dan mencapai pemulihan yang lebih baik.
Sebagai informasi, pada tahun 2024 Bappedalitbang Pemkab Blitar sebagai fasilitator pelaporan inovasi Daerah di Kabupaten Blitar dengan memfasilitasi pengelolaan data inovasi dan penyampaian materi publikasi.